Siapa bilang kepala sekolah tak bisa romantis?
Kepala SMA Islam Terpadu Al Ashri Makassar ini membuktikannya lewat karya.
Namanya Sabir atau dikenal dengan nama pena Gegge Mappangewa. Pria Bugis yang juga pengurus pusat Forum Lingkar Pena (FLP) ini telah menulis 6 novel yang dipublikasikan secara nasional, serta ratusan cerita pendek yang tersebar di banyak majalah/ koran. Di antara novel karyanya ialah Janji Sepasang Layang-Layang, Lontara Rindu, Sajak Rindu, dan lain sebagainya.
Tak banyak kepala sekolah yang bisa sekeren itu. Di Makassar, ia adalah kepala sekolah paling produktif dan prestatif di bidang kepenulisan. Gegge telah meraih banyak prestasi, seperti: Pemenang Sayembara Bahan Bacaan Anak Kemendikbud 2017, Anugerah Pena Award FLP 2017, Juara I Lomba Penulisan Cerita Rakyat Kemendikbud 2015, Peraih Penghargaan Sastra Acarya 2015, Juara I Kompetisi Tulis Nusantara Kemenparekraf 2014, Peraih Islamic Book Fair Award 2013, Juara I Lomba Menulis Novel Republika 2011, dan banyak lagi.
Tahun ini, Gegge kembali menunjukkan kekerenan dan keromantisannya lewat novel terbaru berjudul ‘Sabda Luka’.
Novel ini adalah kelanjutan dari novel ‘Sajak Rindu’ yang lebih dulu terbit. Berikut beberapa bocoran quote menarik di buku barunya ini:
“Dan jangan sekali-kali menghitung jumlah titik air mata untuk mengukur kedalaman sesal! Setitik saja, jika itu menetes dari hati akan sebanding dengan air laut yang membiru karena kedalamannya. Jika nila setitik dapat merusak susu sebelanga, maka air mata setitik bisa saja meruntuhkan segunung dosa.”
“Baginya, cinta butuh pengorbanan tapi bukan berarti satu di antara sepasang kekasih harus ikhlas menjadi korban.”
“Orang bisa saja dengan mudahnya menyebut kata mantan tapi bagi Halimah, mengeja kata itu dia seperti mencabuti benang jahitan luka yang belum sembuh sempurna.”
“Selalu ada luka di atas rindu yang terlalu.”
Sinopsis
JUDUL : SABDA LUKA: Calabai, Sepasang Merpati Tanpa Dara
PENULIS : S. GEGGE MAPPANGEWA
ISBN : 978-602-633-47-3
Vito pergi meninggalkan ayahnya. Melangkah bersama air mata. Beranjak bersama bahagia bercampur luka. Pertemuan itu nyata, tetapi bahagia tetaplah fiksi.
Vino lelah melawan rindu. Dia bisa mengerti bahwa Vito untuk ibu, Vino untuk ayah. Namun sulit untuk dia pahami bahwa rindu yang dibagi tak boleh bersisa luka.
Si kembar Vito dan Vino harus terpisah karena perceraian orang tua. Dari jauh mereka didera rindu, jauh lebih deru dari angin dendam yang menari di Danau Sidenreng.
Wah pengen baca novelnya ya penasaran karya Daeng Gegge. sip banget infonya
Waaah… ini bukunya daeng Gege yak.. 😀😀 satu komisi waktu munas 😁😁
Waaah keren om Gegge nih 😍, baru tahu OM Gegge itu kepala sekolah 😁
wah… keren, jadi penasaran sama buku terbarunya…. sukses terus ya kak Gege ^^
Kang Gege memang keren. Beliau guru menulis saya. Saya belajar banyak hal dari beliau. Berharap bisa beli karyanya sabda luka.
Happy to read this article.
Ini lanjutan novel yang pemenang republika? Mantap mas gege
Salam ya kak sama penulisnya
Suka banget sama tulisannya Daeng Gagge, dulu pernah juga ikutan kelas cerpennya beliau, moga bisa lekas bisa dapat bukunya 🙂